Jendral Sudirman, sosok sederhana namun namanya begitu harum ke seantero bumi Indonesia. Hampir di setiap kota di seluruh Indonesia akan dijumpai nama Jalan Jendral Sudirman sebagai jalan utamanya, sebagai bentuk penghargaan yang tinggi atas kepahlawanan Jendral Sudirman.

Di dalam museum terdapat patung setengah badan Jendral Sudirman, duplikat tandu semasa Jendral Sudirman memimpin perang gerilya, serta foto -foto perjalanan hidup Sudirman dan perjuangan Jendral Sudirman.
Sekilas tentang Sang Jendral Besar Sudirman
Jendral Sudirman Lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Dukuh Rembang, Desa Bodas Karangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, sekitar 20 km timur laut kota Purwokerto, Jawa Tengah.
Mengawali pendidikannya di HIS (Holland Inlandse School) tahun 1923 – 1930 di Purwokerto, kemudian melanjutkan ke Taman Siswa dan Perguruan Wiworotomo tahun 1932 – 1935 di Purwokerto, dan terakhir di Sekolah Pendidikan Guru Muhamadiyah di Solo.
Karir sipilnya dimulai dari Guru Sekolah Muhamadiyah di Cilacap, memimpin kepanduan (Pramuka) Hizbul Wathan di Cilacap, dan menjadi anggota Syu Sangikai (Dewan Daerah) di Banyumas pada tahun 1944.
Setelah mengikuti pendidikan militer Pembela Tanah Air (PETA) pada masa pendudukan Jepang di Bogor, Sudirman memulai karier militernya sebagai Daidanco (Komandan Batalyon) PETA di Kroya (1944 – 1945), kemudian memimpin BKR (Badan Keamanan Rakyat) Banyumas (1945), Komandan Divisi V Kedu-Banyumas dengan pangkat Jendral, Panglima Besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat Jendral (1945-1946), Panglima Besar Angkatan Perang RI dengan pangkat Jendral (1946), Pimpinan Tertinggi TRI (Tentara Republik Indonesia) 1946, Pimpinan Tertinggi TRI Angkatan Udara (1946, 1947), Ketua Pucuk Pimpinan TNI merangkap Panglima Besar (1947-1948), Panglima Besar Angkatan Perang Mobil merangkap Kepala Staf angkatan Darat (1948-1949) dengan pangkat Letnan Jendral (setelah rasionalisasi turun pangkat setingkat) dan terakhir adalah Kepala Staf Angkatan Perang RIS dengan pangkat Letnan Jendral (1949-1950).
Setelah wafat pangkatnya dinaikan menjadi Jenderal Anumerta.
Darma bakti yang disumbangkan Sudirman terhadap negara Indonesia adalah Memimpin perebutan senjata Jepang di Purwokerto (1945), Komandan pertempuran merebut Kota Ambarawa dari Inggris (1945), Anggota delegasi Gencatan senjata dengan Pasukan Serikat/Sekutu (1946), Wakil Ketua III Pembentukan TNI (1947), Memimpin Reorganisasi dan Rekonstruksi Angkatan perang (1948), Memimpin penumpasan pemberontakan PKI Madiun (1948), Memimpin Pemerintahan Militer RI dan memimpin perang gerilya sesudah pecahnya aksi militer Belanda ke-2 (1948-1949).
Tanda penghargaan dari negara Indonesia adalah Bintang Republik Indonesia Utama, Bintang Maha Putra Utama, Bintang Sakti, Bintang Gerilya, Bintang Yudha Dharma Utama, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Surya Wisesa (persembahan Angkatan Perang RI 1946).
Jendral Sudirman wafat pada tanggal 29 Januari 1950 pukul 18.30 di Magelang karena kondisi kesehatan yang semakin buruk, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Jogjakarta.(AWS/md)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sobat! Komentar anda sangat berguna....